Oleh: Mual Sihombing (TF95)
Pertama sekali saya mengajar tahun 1996 di Bimbel di Bandung adalah karena keterpaksaan. Sebagai mahasiswa rantau yang tidak memiliki uang cukup untuk sekedar makan, maka mendapatkan uang dari mengajar bimbel dan privat adalah cara yang saya tempuh pada masa itu. Apakah saya bagus dalam mengajar? Rasanya tidak juga. Pada awalnya saya banyak gugup dan fokus pada materi yang sudah saya hafalkan mati dari rumah. Namun dalam perjalanan waktu, saya mulai bisa mengalir lancar dan berinteraksi dengan siswa, melibatkan mereka dalam “kelas” saya sambil sesekali bercanda.
Semua pelajaran eksakta pernah saya ajarkan meski pada akhirnya saya memilih untuk mengajar Fisika saja. Saya juga mengajar Matematika dan tentu saja Kimia.Tidak terhitung kesulitan yang saya alami karena membagi-bagi waktu untuk mempelajari tata cara penamaan IUPAC untuk senyawa karbon : etil, metil, eter dsb. Juga kesulitan menghafal tata nama kimia sementara harus pula belajar menghadapi ujian Matematika Teknik besok hari. Biologi? Saya hanya bisa mengajar biologi 2 bab. Bab Reproduksi tumbuhan lumut dan ah sudahlah…!
Pada masa itu (akhir 90-an), honor untuk sekali mengajar di bimbingan belajar di Bandung sebagai tentor baru adalah Rp 18,000. Kecil? Lumayanlah. Sekedar untuk perbandingan, harga tiket menonton 21 adalah Rp 5000 dan biaya angkot 06 dari Tamansari ke Muararajeun adalah Rp 300. Biaya makan murah meriah dengan 1 lauk dan sayur sop sekitar Rp 2000. Apabila mendapat 2x jam mengajar ke luar kota Bandung maka dihitung 3x dan mendapat tambahan uang makan.
Pekerjaan mengajar ini terus saya tekuni sampai lulus kuliah berhenti setelah saya lulus diterima kerja di sebuah perusahaan kontraktor Mechanical & Electrical di Jakarta. Sebelum saya diterima di kontraktor, saya malah sudah diterima di sebuah sekolah Swasta elit di Jakarta, dan akan ditempatkan di cabangnya di Makassar. Namun akhirnya saya tolak karena saran dari almarhum Tante saya : Lihatlah dunia lain sebelum memutuskan jadi guru agar pengalamanmu bertambah” Saya rasa benar juga. Agar mengajar ada “isi-isinya” maka tentu pengajar harus memiliki pandangan yang luas bukan tentang ilmu semata, tetapi bagaimana penerapannya di dalam kehidupan.
Begitulah. Saya menerima pekerjaan kontraktor dengan catatan akan kembali ke dunia mengajar. Pekerjaan mengajar yang awalnya adalah keharusan akhirnya menjadi sesuatu yang disenangi. Saya mulai terbiasa untuk berdiri di depan kelas dan memahami cara berfikir orang sebelum kemudian menjelaskan. Tentunya dengan cara yang paling sederhana. Selain itu saya juga lambat laun memiliki ilmu tingkat dewa : mengetahui apakah seseorang mengerti atau tertarik melalui sinar mata atau bahasa tubuhnya.
Suratan nasib kemudian membawa saya ke Batam, berkecimpung di dunia fabrikasi besi-baja. Mengetahui latar belakang sebagai pengajar bimbel, beberapa teman mempercayakan saya untuk mengajar materi seputaran dunia kerja saat ini : pengelasan dan uji tidak merusak. Guru saya, alm. Novembri meminta saya mengajar MT/PT di lembaganya pada tahun 2012 dan berlanjut sampai sekarang.
Awal saya mengajar sesuatu di luar fisika, saya merasakan sangat gugup. Kegugupan ini bisa berlangsung dari seminggu sebelum mengajar. Sakit perut dan demam. Saya membayangkan bahwa murid-murid saya nanti bukanlah anak-anak sma yang unyu-unyu, melainkan bapak-bapak yang berusia jauh di atas saya, memiliki pengalaman lebih dibandingkan saya, bagaimana kalau ada pertanyaan sulit yang tak mampu saya jawab, dan sebagainya dan sebagainya.
Namun akhirnya training NDT batch ke-8 tadi dapat berjalan sampai selesai. Saya juga mencatat beberapa pertanyaan berharga untuk saya pribadi dan pada akhirnya saya belajar bahwa di setiap training sayalah yang sesungguhnya sedang belajar. Sampai akhir 2017 saya sudah mengajar NDT sampai batch ke-30. Awalnya terasa kesat, namun lama kelamaan menjadi lancar. Bisa karena biasa,
Perasaan sakit perut dan demam itu selalu saya alami setiap kali hendak mengajarkan topik baru, di luar topik yang biasa saya ajarkan. Berturut-turut saya dipercaya guru saya, Pak Lawer, mengajar topik baru : ASME VIII div.1, API 510, API 570, API 653. Di politeknik Batam saya juga dipercaya Mas Cahyo dan Mas Nurman untuk mengajar Internasional Code/Standard dan Inspeksi Lanjut untuk mahasiswa teknik mesin. Selalu ada sesuatu yang baru yang saya pelajari dari setiap kesempatan mengajar. Masih banyak dari saya yang harus diperbaiki namun saya hendak mengucapkan terima kasih untuk kawan-kawan, adik-adik mahasiswa, yang bertanya dengan tutur kata maupun sorot mata, mengatakan saya masih bodoh dan harus lebih lagi banyak belajar.
Saat ini saya sudah jarang mengajar malam secara kontinu. Sekali-sekali okelah. Bukan karena saya tidak ingin. Selalu ada perasaan yang menarik saya kembali untuk berdiri di depan kelas, mencium aroma spidol, menjelaskan tentang hukum Kirchhoff-2, dan merasa bahagia apabila murid-murid mengerti apa yang saya jelaskan. Saya juga merasa sakaw mengajar. Semata karena anak-anak sudah semakin besar dan saya akhirnya tidak dapat menjawab pertanyaan mereka :
”Kenapa Papa kerja terus?”
Sumber: tulisan pribadi bang Mual Sihombing (TF95) di Facebook, silahkan klik disini